Potensi Desa Bontorappo
Dari berbagai sumber daya yang telah ditelusuri dan digali, asal usul Desa Bontorappo memiliki cerita. Dan, dapat kita lihat berdasarkan data yang telah dihasilkan dari beberapa diskusi dengan berbagai pihak yang ada di Desa Bontorappo.
Desa Bontorappo merupakan pemekaran dari Desa Tarowang, dimekarkan pada tanggal 12 November 1983 sebagai desa persiapan. Desa Bontorappo menjadi desa defenitif pada tahun 1986, di mana Kepala Desa pertama adalah Bapak H. Andi Lardta Pammusu Karaeng Bonto.
Berikut periode kepemimpinan Desa Bontorappo berdasarkan sejarah:
Tahun Kejadian |
Nama Kepala Desa |
Kejadian yang Baik |
Kejadian yang Buruk |
1987 - 1995 |
H. Andi Lardta Pammusu Karaeng Bonto |
- Berhasil Membangun kantor desa - Merintis lapangan sepak bola - Beberapa prestasi diraih tingkat kabupaten lomba bidang kebersihan |
- |
1995 - 2002 |
H. Butung Karaeng Nakku |
- Perintisan jalan destinasi wisata Bungung Salapang - Kolam Bungung Salapang |
- . |
2002 - 2014 |
Andi Baso Sugiarto, S.Sos Karaeng Tompo |
- Perintisan irigasi Dusun Punagaya dan Dusun Bontorappo - Pembebasan lahan kantor desa - Pengadaan pemakaman umum Dusun Punagaya - Perbaikan jalan Bungung Salapang - Pembangunan Cekdam Borongloe - Pembangunan embun di Borongloe
|
- |
2014 - 2015 |
A.Nirmalasari, SE |
- |
- |
2016 - 2021 |
H. Mustapa |
- Perintisan jalan tani Dusun Sarroangin dan Dusun Punagaya - Paving blok Dusun Borongloe |
- |
2022 - 2029 |
Baharuddin |
- Jalan tani Dusun Bontorappo (2022) - Paving blok Dusun Borongloe (2022) - Talud Tuka (2022) - Jalan tani Dusun Punagaya (2023) - Taman Bungung Salapang (2023) - Sumur bor Dusun Borongloe (2023) - Rehab bibisan Dusun Bontorappo (2023) - Pembangunan jalan tani Dusun Bontorappo RK II (2024 - Pembangunan Sumur Bor Dusun Punagaya (2024) |
- |
Desa Bontorappo merupakan salah satu Desa di Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, dengan luas wilayah 6.42 Km⊃2, dengan topografi dataran. Desa Bontorappo terletak di wilayah Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak antara Desa Bontorappo dengan Kota Kecamatan Tarowang, kurang lebih 5 km dengan jarak tempuh 4 - 6 menit, kemudian jarak tempuh antara Desa Bontorappo dengan ibu Kota Kabupaten Jeneponto, kuarang lebih 15 Km dengan jarak tempuh 15 - 20 km menit, dengan ketinggian 74 Mdpl.
Adapun Batas- batas wilayah administrasi Desa Bontorappo yaitu sebagai berikut:
Penduduk Desa Bontorappo didominasi oleh penduduk asli yang bersuku Makassar, sehingga kearifan lokal sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya Desa Bontorappo. Menurut cerita warga, bahwa penduduk yang berdomisili di Desa Bontorappo adalah satu kekerabatan di mana di antara mereka memiliki pertalian darah antara satu dengan yang lain. Adapun mereka yang tidak memiliki hubungan kekerabatan adalah mereka yang datang dari luar wilayah yang masuk ke Desa Bontorappo lewat jalur perkawinan.
Desa Bontorappo dengan jumlah penduduk 2107 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 1011 jiwa, perempuan 1094 jiwa, dari 641 KK, yang terbagi dalam 4 (empat) wilayah dusun, dengan rincian sebagai berikut :
JUMLAH PENDUDUK
KET |
NAMA DUSUN |
JUMLAH |
|||||||||
SARROANGING |
BONTORAPPO |
PUNAGAYA |
BORONGLOE |
||||||||
RK 1 |
RK2 |
RK1 |
RK2 |
RK3 |
RK 1 |
RK 2 |
RK 1 |
RK 2 |
RK 3 |
||
JIWA |
226 |
165 |
113 |
140 |
268 |
248 |
288 |
256 |
177 |
224 |
2107 |
KK |
68 |
49 |
35 |
39 |
74 |
80 |
95 |
72 |
57 |
72 |
641 |
Sumber data: Komunitas Literasi Bungung Salapang
Desa Bontorappo yang berada pada ketinggian + 74 Mdpl dengan kondisi alam yang berlereng, menjadikan desa ini aman dari bencana banjir. Adapun terjadi luapan air dipinggir jalan itu disebabkan oleh drainase di sepanjang jalan Bontorappo - Tolo terlalu sempit, sehingga ketika mmusim hujan tiba, air kiriman meluap dari drainase. Hal ini juga menyebabkan kerusakan jalan Bontorappo - Tolo.
Desa Bontorappo terletak di daerah daratan yang memanjang memiliki potensi untuk dikembangkan usaha perkebunan rakyat, seperti jagung dan padi. Sebagai upaya alternatif menyeimbangkan sistem usaha perkebunan monoculture yang selama ini dilakukan. Akibatnya, memberikan dampak pada beberapa areal lahan. Sering terjadi erosi dan degradasi tanah, yang selanjutnya lahan mengalami kemerosotan tingkat kesuburan dan terkesan kering, serta tandus pada musim kemarau, karena kurangnya tanaman keras yang berfunsi sebagai tanaman penyangga. Selama ini Desa Bontorappo di kenal sebagai desa yang mengembankan dan menganut pola perkebunan monoculture dengan jenis komuditas jagung.
Desa Bontorappo cukup sejuk dan panas pada saat musim hujan rata- rata antara bulan Nopember sampai April, dengan temperatur suhu antara 5 - 20 derajat celcius.
Berdasarkan hasil pemetaan sosial dan sumber daya Desa Bontorappo, potensi sumber air bersih berupa mata air, yang bersumber dan berada di dalam desa di Dusun Bontorappo. Debit airnya cukup besar, guna pemenuhan akan air bersih yang digunakan untuk kebutuhan konsumsi, mencuci dan kakus bagi masyarakat yang berada di empat dusun. Pemamfaatan sumber air bersih melalui sistem perpipaan yang menggunakan bak penampung.
Sarana transportasi menuju Desa Bontorappo, kondisi jalan desa telah diaspal di sepanjang jalan poros Jeneponto - Bantaeng. Dengan kondisi fisik jalan seperti itu, sangat baik dijangkau oleh kendaraan bermotor, sehingga distribusi, baik manusia maupun hasil bumi yang masuk dan keluar desa.
Alat tranportasi alternatif seperti mikrolet yang beroperasi setiap hari, mulai dari pukul 07.00 - 16.00 sore, umumnya sebagai alat tranportasi masyarakat yang berdomisili di Desa Bontorappo, yang digunakan untuk mengangkut hasil bumi ataupun masayarakat yang memiliki aktifitas luar desa. Kemudian jalan Bontorappo - Tolo diaspal, tetapi kondisi rusak di tahun 2024, jalan Bontorappo - Tolo terakhir diaspal pada tahun 2017.
Pada tahun 2020 perintisan jalan desa lewat program TMMD dari Bontorappo menuju Dusun Borongloe, sekitar kurang lebih 2 km. Jalan ini sangat membantu warga desa, karena sebelum ada jalan ini, untuk menuju Dusun Borongloe warga harus melintasi dua desa yaitu Desa Tarowang dan Desa Allu Tarowang. Kondisi jalan ini belum diaspal.
Fasilitas kesehatan (Puskesdes) yang berada di Dusun Sarroanging, untuk sementara belum lengkap ketersediaan sarana, seperti alat-alat kesehatan dan ketersedian obat. Hal demikian menjadi kendala dalam memenuhi pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga masyarakat harus keluar desa untuk mendapat layanan kesehatan.
Keberadaan Kader Posyandu yang selama ini menjadi perpanjangan tangan dari petugas kesehatan, telah memeberikan kontribusi bagi kesehatan ibu dan anaknya. Sebagian masyarakat yang telah mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS)) dan Kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), tetapi tidak sedikit masyarakat miskin yang belum memanfaatkan fasilitas tersebut, sehingga perlu menjadi fokus dan prioriatas utama, supaya program ini tepat sasaran. Tahun 2024 pemerintah desa akan mengupayakan agar masyarakat miskin bisa mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) lewat Dinas Sosial Kabupaten Jeneponto.
Sebagian rumah tangga di Desa Bontorappo membuang limbah cairan yang dihasilkan setiap hari, dibiarkan mengalir di bawah dan di samping rumah masyarakat, tanpa dibuatkan saluran dan tempat penampungan khusus. Dampaknya, sangat rentan masyarakat terkena penyakit menular. Demikian pula untuk sampah padat rumah tangga, umumnya masyarakat membuangnya di sekitar rumah, tanpa disediakan tempat pembuangan yang sesuai standar yang sesuai syarat kesehatan.
Kebiasaan lain yang menyimpang dari pola hidup sehat, sebagian rumah tangga yamg memiliki hewan ternak seperti kuda, sapi, dan kambing, dibuatkan kandang di kolong rumah, sehingga kotoran yang dihasilkan selain sebagai sumber penyakit, juga manimbulkan bau yang tidak sedap.
Prilaku masyarakat membuang hajat di sembarang tempat, seperti di belakang rumah dan di kebun, tidak lagi dilakukan, karena masyarakat Bontorappo sudah memiliki jamban keluaraga di setiap rumah tangga.
Sementara sarana air bersih (perpipaan) yang ada di Desa Bontorappo yang bersumber dari 2 mata air, satu jaringan perpipaan yang bersumber dari luar desa, PDAM Keluarahan Togo-Togo dan sumber air yang ada di Desa Bontorappo sendiri. Penerima manfaat dari sumber air yang berasal dari Togo-Togo itu, terdiri dari dua dusun, Dusun Punagaya dan Dusun Bontorappo di mana warga memanfaatkan 2 kali seminggu. Kemudian untuk Dusun Sarroangin, terdapat dua sumber Air Di RK 1 dan RK 2, artinya bahwa kebutuhan air untuk warga yang berada di Dusun Sarroanging tercukupi,
Selanjutnya di Dusun Borongloe yang dihuni sekitar 201 KK, sebenarnya terdapat 3 sumber air (sumur bor), satu sumber air yang berasal dari Desa Allu Tarowang dan dua yang berasal dari Dusun Borongloe. Pada musim kemarau biasanya warga kekurangan air bersih, sehingga mereka harus mengangkut air dari sumur yang digali oleh warga setempat.
Tahun 2024 pemerintah desa mengalokasikan anggaran satu unit sumur bor sebagai solusi dari persoalan krisis air bersih. Berikut rician jumlah sumur bor yang ada di Desa Bontorappo
NO |
NAMA DUSUN |
JUMLAH SUMUR BOR |
KONDISI SUMUR BOR |
SUMBER ANGGARAN |
|
Baik |
Rusak |
||||
1 |
SARROANGING |
3 UNIT |
2 |
1 |
APBN |
2 |
BONTORAPPO |
6 UNIT |
5 |
- |
4 APBN, 1 APBDES |
3 |
PUNAGAYA |
2 UNIT |
2 |
- |
1 APBN, 1 APBDES |
4 |
BORONGLOE |
4 UNIT |
4 |
- |
3 APBN, 1 APBDES |
JUMLAH |
14 |
11 |
1 |
APBN, APBDes |
Profil pendidikan memberikan gambaran potensi sumber daya manusia. Pendidikan maupun skill penduduk, khususnya di Desa Bontorappo yang dikategorikan menengah. Meskipun sarana pendidikan terbatas, akan tetapi sebagian besar orang tua sudah mulai menyadari pentingnya pendidikan. Sarana pendidikan di Desa Bontorappo, hanya tersedia di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) saja.
Setelah tamat di SD mereka melanjutkan pendidikan di tingkat SMP. Di sekolah lanjutan biasanya mereka mencari sekolah terdekat. Sebagian besar anak-anak Bontorappo melanjutkan pendidikan di tingkat SMP di SMP 1 Tarowang yang ada di Desa Pao, letaknya sekitar kurang lebih 2 km dari Desa Bontorappo, sebagian lagi melanjutkan pendidikan di luar kota. Begitu pun sekolah lanjutan tingkat SMA, umumnya mencari sekolah yang terdekat, seperti di SMA 1 Batang, SMA Kelara dan sebagian dari mereka memilih melanjutkan pendidikan di Kabupaten Bantaeng.
Karena kesadaran di bidang pendidikan, setelah menyelesaikan sekolah di tingkat menengah atas, umumnya mereka melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Makassar. Menurut data pada tahun 2023, ada sekitar kurang lebih 25 orang terdaftar sebagai mahasiswa yang tersebar di beberapa kampus/universitas di Makassar. (Sumber data: Kumunitas Literasi Bungung Salapang)
Adapun fasilitas pendidikan di Desa Bontorappo meliputi 1 unit Taman Kanak-Kanak (TK) Khadija, terletak di Dusun Sarroangin dan 1 unit Paud Nurul Amin, terletak di Dusun Borongloe. Sarana Sekolah Dasar (SD) terdapat dua unit,1 unit terletak di Dusun Bontorappo (UPT SD Neg. 1 Tarowang) dan satu unit terletak di Dusun Borongloe (UPT SD Neg. 12 Tarowang).
Terdapat satu unit fasilitas pendidikan nonformal yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dengan program, paket A, B, dan C, untuk warga desa yang putus sekolah. Selain program kesetaraan paket A, B, dan C, PKBM juga menyediakan satu program, yaitu Keaksaran Dasar (KD), program Keaksaraan Dasar sasarannya adalah untuk warga yang tidak bisa baca tulis. Lewat program ini diharapkan tidak ada lagi warga yang buta huruf.
Pusat Kegiatan Masyarakat (PKBM) didirikan oleh Rajamuddin pada tahun 2014 dibawah naungan Dinas pendidikan Kabupaten Jeneponto.
Sarana pendidikan yang ada di Desa Bontorappo.
NO |
SARANA PENDIDIKAN |
ALAMAT |
KET |
1 |
TK Khadijah |
Dusun Sarroanging |
Aktif |
2 |
Paud Nurul Amin |
Dusun Borongloe |
Aktif |
3 |
UPTD SDN 1 Tarowang |
Dusun Bontorappo |
Aktif |
4 |
UPTD SD N 12 Tarowang |
Dusun Borongloe |
Aktif |
5 |
PKBM Bungung Salapang |
Dusun Sarroanging |
Aktif |
Pada umumnya kondisi pemukiman di Desa Bontorappo didominasi dengan model rumah panggung, di mana rangka dan bahan bangunan terbuat dari kayu. Hanya sebagian warga yang memilih rumah permanen yang bahan materialnya dari semen, seperti rumah di kota pada umumnya. Konsentrasi pemukiman dan letak rumah penduduk di Desa Bontorappo, umumnya mengikuti garis jalanan, baik jalur desa maupun sepanjang jalan dusun.
Pasar desa di desa Bontorappo masih belum tersedia. Jadi masyarakat masih harus berkendaraan umum untuk pergi membeli kebutuhan sehari-hari. Pasar terdekat di Desa Bontorappo adalah Pasar Tarowang, terletak sekitar kurang lebih 2 Km.
Pada umumnya warga Bontorappo didominasi oleh petani dan pekebun. Sawah untuk musim tanam dan musim panen dua kali setahun. Musim tanam pertama antara bulan Nopember dan Desember. Kemudian musim tanam kedua, antara bulan April dan Mei, biasanya warga desa panen pertama, antara bulan Maret dan bulan April, kemudian panen kedua di Bulan Juli dan Agustus.
Tanaman utama adalah komoditas tanaman jagung dan kacang tanah untuk perkebunan. Di wilayah persawahan, mayoritas petani memaksimalkan padi sebagai tanaman utama, untuk musim tanam pertama, kemudian di musim tanam kedua, petani memanfaatkan sebagian areal persawahan menanam jagung. Sektor perkebunan merupakan sektor yang paling besar menyerap tenaga kerja, yakni sekitar 85%, disusul oleh sektor-sektor usaha dalam jasa dan perdagangan.
Sektor pertanian menyumbang perekonomian sekitar 80% di Desa Bontorappo, dan sisanya terbagi pada beberapa sektor lainnya. Namun demikian, sektor pertanian adalah yang paling lambat pertumbuhan dan perkembangannya khususnya dari segi ekonomi. Berdasarkan diskusi dengan beberapa masyarakat, dapat diketahui penyebab dari masalah tersebut, yakni berkurangnya hasil dan mutu jagung perkebunan, khususnya tanaman sebagai akibat tidak tertatanya pola tanam yang sesuai dengan petunjuk tekhnis perkebunan. Pemasaran hasil produksi pertanian masyarakat, sebagian menjual dan selisih harga antara 10 - 15% .
Selain sektor pertanian masyarakat Desa Bontorappo berada disektor lain seperti ASN, TNI/POLRI, dan sisanya di perdagangan dan jasa. Berikut rincian masyarakat Desa Bontorappo, bila ditinjau dari mata pencaharian.
Rincian penduduk Desa Bontorappo ditinjau dari jenis pekerjaan.
Bidang Peternakan
Usaha peternakan masyarakat Desa Bontorappo cukup bervariasi. Peternakan tersebut seperti sapi, kuda, dan kambing. Kegiatan usaha beternak umumnya dilakukan secara turun temurun, dengan mengandalkan pengetahuan dan keterampilan dari orangtua.
Selain bertani, warga Desa Bontorappo umumnya memelihara ternak seperti sapi, kambing dan kuda. Ternak kuda potensinya ada dua, selain mebantu perekonomian warga, kuda juga biasa digunakan untuk membajak sawah dan membantu warga mengangkut hasil panen (patteke). Sama halnya dengan sapi, juga biasa digunakan untuk membajak sawah, akan tetapi dianggap lambat dalam pengolahan lahan, sehingga saat ini sapi dalam hal membajak sawah sudah jarang digunakan, sapi murni untuk hewan ternak saja. Hewan peliharaan seperti kambing, sapi, dan kuda, biasanya dijual ke pedagang ketika warga memiliki kebutuhan tertentu. Beberapa warga mengatakan, dari hasil ternak mereka itulah yang digunakan untuk membiayai anak-anak mereka, entah itu digunakan untuk biaya sekolah dan lain-lain.
Masyarakat Desa Bontorappo memiliki animo yang sangat kuat, untuk mengembangkan ternak jenis sapi lokal, karena dilihat dari kualitas dan nilai jual yang cukup tinggi. Sehingga usaha ini memberikan peluang bagi masyarakat Desa Bontorappo, untuk dapat meningkatkan pendapatan dan derajat hidupnya. Ketersediaan pakan yang melimpah serta pengalaman beternak sapi lokal mestinya menjadi peluang, agar segera mendapat intervensi dari instansi terkait, guna dikembangkan melalui pendekatan inovatif, kelembagaan, dan ekonomi.
Kegiatan utama masyarakat Desa Bontorappo yang umumnya petani, tidak bisa lepas dari ternak kuda. Sebagai ternak peliharaan, kuda merupakan ternak yang memiliki fungsi ganda. Selain sebagai ternak yang umumnya dimanfaatkan dagingnya sebagai bahan konsumsi utama pada saat hajatan, atau pesta. Kuda merupakan alat utama yang digunakan membajak sawah ataupun kebun, serta alat transportasi yang mudah dan murah untuk mengangkut hasil bumi masayarkat.
Beternak kambing bagi masyarakat Bontorappo bukan lagi hal yang baru. Beberapa keluarga telah memiliki ternak kambing, tetapi produktivitasnya masih rendah, dikarenakan jenis kambing yang dipelihara masih jenis kembing lokal (kacang). Selain nilai jualnya yang relatif rendah, juga perkembangan bobot tubuh lambat dan kerdil. Perlu inisiatif baru untuk mengembangkan jenis ternak ini, sehingga nilai jualnya meningkat melaui sistem kawin silang, jenis kambing etawa dengan kambing kacang, ataupun melalui inseminasi buatan.
Hampir semua rumah tangga di Desa Bontorappo memiliki ternak ayam buras. Dengan cara pemeliharaan diumbar pekarangan atau kebun, agar dapat mencari makanan sendiri. Bahkan dibiarkan hidup dan bermalam di atas pohon. Akibatnya, sering kali banyak ternak ayam yang mati, baik karena penyakit ataupun karena keracunan, dan dimakan binatang pemangsa. Oleh karena itu, perlu pembekalan teknik budi budaya yang efektif, sehingga sektor ini dapat berkontibusi dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
Bidang Pertanian
Pertanian adalah salah satu potensi Desa Bontorappo baik perkebunan maupun persawahan. Menurut data dari BPP Kec.Tarowang, luas areal persawahan Desa Bontorappo sekitar 125 (Ha),kemudian untuk areal perkebunan sekitar (355 Ha). Dengan luas areal persawahan maupun perkebunan, apabila dimanfaatkan dan diolah oleh sumber daya yang mempuni, maka Desa Bontorappo akan menghasilkan pangan yang luar biasa.
Pekerjaan Sampingan Masyarakat Desa Bontorappo
Akses warga Desa Bontorappo melakukan kegiatan usaha sampingan cukup terbuka, karena letak desa dari ibu kota kecamatan, ataupun ibu kota kabupaten, cukup mudah terjangkau oleh kendaraan, sehingga warga Bontorappo dapat melakukan kegiatan usaha selain berkebun, dengan mencari kegiatan alternatif di kota, seperti menjadi buruh bangunan, buruh toko, dan Sopir.
Sebagian kecil warga Bontorappo memilih profesi sebagai pedagang. Ada beberapa yang buka kios, sebagai toko pengecer dan ada sebagian dari mereka yang berdagang ternak, seperti kambing, sapi dan kuda.
Kegiatan seperti ini memang sesungguhnya bila dihitung dari segi hasil, ataupun upah yang didapat relatif rendah. Kondisi ini adalah sebuah realitas hidup, di mana umumnya warga tidak memiliki keterampilan usaha yang mungkin jauh lebih produktif, lebih lagi keterbatasan modal usaha. Sehingga mereka hanya mampu melakukan kegiatan usaha sampingan, sebagaimana tersebut di atas, tapi paling tidak dapat meringankan beban hidup keluarga. Biasanya warga mencari pekerjaan sampingan pascapanen. Mereka mencari pekerjaan sampingan di kota provinsi, baik di Makassar maupun di luar kota lain, semisal di Kalimantan.
Wisata dan Budaya Desa
Bontorappo dikenal dengan desa wisata. Di Desa Bontorappo terdapat saatu destinasi wisata budaya, bernama Bungung Salapang. Destinasi wisata ini berada tepatnya di Dusun Bontorappo, Desa Bontorappo, jaraknya sekitar kurang lebih 500 M dari Kantor Desa Bontorappo. Hampir setiap hari pengunjung datang secara bergatian, sebagian besar yang biasa berkunjung ke Bungung Salapang adalah mereka yang menganggap dirinya memiliki pertalian keluarga dengan orang Bontorappo. Pengungjung biasanya datang di waktu libur seperti hari Minggu. Wisata Bungung Salapang biasanya dipadati pengunjung di momen hari raya, karena biasaya momen ini keluarga yang bekerja di luar kota yang pulang kampung (mudik), menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Bontorappo.
Perubahan terjadi terus-menerus termasuk perubahan pola pikir. Berdasarkan cerita warga, pada masa lampau konflik internal sering terjadi, seperti perkelahian di mana hal ini terjadi hanya persoalan sepele yang sumbernya di kalangan anak muda. Perselisihan antar anak muda yang kadang berimbas kepada retaknya hubungan kekeluargaan. Kondisi demikinan sudah ini berubah dari generasi ke generasi. Pendidikan sangat berperan penting dalam menyelesaikan konflik seperti ini. Dari tahun ke tahun kesadaran warga terkait pendidikan semakin meningkat, sehingga anak-anak yang ada di Desa Bontorappo berubah pola pikir mereka. Kebiasaan buruk seperti perkelahian hampir tidak ada lagi.
Konflik internal yang biasa terjadi adalah persoalan sengketa tanah, persoalan ini muncul akibat ketidakjelasan kepemilikan tanah. Dari beberapa kasus yang terjadi, persolan warisan keluarga. Adapun kasus-kasus tersebut diselesaikan lewat pemerintah desa. Pihak pemerintah Desa Bontorappo biasanya melakukan mediasi, antara penggugat dan tergugat. Penyelesaian persoalan ini lebih dikedepankan lewat jalur kekeluargaan.