Dari Sopir Menjadi TNI

Sebagai manusia kita tidak bisa memilih takdir lahir dimana, dan dilahirkan oleh siapa yang demikian adalah kuasa sang pemilik kehidupan, sebagai hamba kita hanya bisa berikhtiar kemudian bertawakkal kepada zat yang telah menciptakan kita, Apa yang telah ditakdirkan untuk kita akan menumukan caranya untuk datang dan apa yang tidak ditakdirkan unntuk kita akan menemukan caranya untuk hilang,  hal yang tidak terduga sering terjadi seperti itulah kehidupan penuh dengan misteri.

Sebuah cerita insfiratif dan mengharukan datang dari anak muda Desa Bontorappo yang nyaris kehilangan arah dan harapan untuk kemajuan hidupnya, Hidup dari keluarga sederhana yang penuh dengan keterbatasan ekonomi membuat dia tidak berani bermimpi untuk menjadi siapa-siapa, Tamat di SMA  menurutnya sudh bersyukur yang nantinya akan digunakan untuk melamar pekerjaan untuk menjadi buruh pabrik atau setingkat dengan itu.

Rahmat Agung Pratama, kami sering memanggil dia dengan panggilang “agung”, anak muda yang menurut saya sangat “langka” di era ini, budaya “panggali” sangat tinggi yah mungkin hal demikian melekat pada dirinya karena didikan orang tua, sikapnya yang santun membuat dirinya disukai oleh sahabat dan keluarga, semasa sekolah dia kerap kali membantu keluarga untuk menopang perekonomian entah jadi buruh tani atau buruh bangunan, dalam kondisi keterbatasan seperti ini sedikitpun dia tidak pernah keluhkan keadaanya, semangat juang dan mentalitas perlahan terbentuk sehingga kata meyerah seolah-olah telah hilang di kamus hidupnya.

Beranjak kelas tiga SMA dia dipercaya oleh kepala Desa Bontorappo untuk menjadi sopir Siaga Desa Bontorappo, sepulang dari sekolah dia siap sedia menunggu telpon dari warga untuk mengantar dan menjemput warga manakala dibutuhkan, dari sekian warga yang selalu diantar jemput tidak ada seorangpun yang mengeluhkan sikapnya sebagi sopir siaga, berkali-kali dia dihubungi di waktu istirahat , tengah malam bahkan sampai waktu subuh dan hal yang demikian tidak pernah keluhkan, sesuai perintah kepala Desa “layani warga dengan baik”, sikapnya yang ramah membuat warga tidak segang menghubungi ketika butuh diantar ataupun dijemput.

Hari selasa tanggal 28 januari 2025  tiba-tiba hanphone “agung” berdering ternyata yang menelpon adalah pak Desa Bontorappo, diapun dengan santun menjawab panggilan Pak Desa, hal tak terduga dia dengar yang membuatnya terdiam beberapa menit, “agung siapkan berkasmu untuk mendaftar sebagai TNI” begitu yang disampaikan oleh Pak Desa, kalimat ini seolah-olah membuat aliran darahnya berhenti sejenak, “bermimpi untu kmenjadi TNI tdak pernah” begitu bisik hatinya, hal demikian bukan berarti “Agung” tidak berkeinginan untuk menjadi TNI akan tetapi dia sadar akan kondisi dan keadaan keluarganya. Dengan isap tangis “iyye karaeng Sanna Erokku Ajjari Tentara Mingka Tanre Doe’na Tettaku” begitu jawabnya. Sebelum menutup telpon pak Desa dengan tegas “besok pagi ucapkan bismillah dan siapkan berkasmu kamu mendaftar”.

Agung menyampaikan informasi yang disampaikan oleh pak Desa kepada orang tuanya, mendengar itu orang tuanya seakan-akan disambar petir, dalam isap tangis sambil berkata, temaeko langngalle doe ana nuissenji intu keadaanta annene. Hasil diskusi agung dengan orang tuanyapun disampaikan kepada Pak Desa, seketika itu pak Desa mengunjungi keluarga “agung” dan memberikan spirit bahwa tidak ada yang tidak mungkin ketika Tuhan berkehendak, Bismillah saja insyaallah Tuhan bersama orang-orang yang tidak berputus asa.

Dari motivasi itu ahirnya agung melengkapi berkas untuk mendaftar sebagai Prajurit TNI, setelah melengkapi berkas diapun hendak mendaftarkan dirinya di AJENDAM XIV Hasanuddin Makassar pada tanggal 2 Pebruari, ujian mental pertama dihadapinya pakain hitam putih yang disyaratkan sebagai pendaftar tidak dia miliki, ahirnya “Agung” Pinjam Baju Putih dan celana hitam kepada sahabatnya, karena sepatunya robek dia juga minta sepatu kepada Pak Desa.

selama proses pendaftaran tidak sedikit cibiran yang datang dari beberapa orang namun apapun itu  tekadnya sudah bulat sehingga hal yang demikian sedikitpun tidak mengganggu mentalnya. dengan serangkaian proses ahirnya tgl 26 Pebruari bertempat di Pakkatto Kab.Gowa Sulawesi Selatan Rahmat Agung Pratama dinyatakan lulus sebagai TNI, tangis haru terdengar dari keluarga dan sahabatnya.

Ternyata benar bahwa kehidupan ini penuh dengan misteri,kita tidak punya akses untuk mengetahui masa depan, tugas kita adalah perbanyak ikhtiar dan tawakkal kepada Allah S.wt “ Kunfayakun jadi maka terjadi”, selamat mengabdi Prada Rahmat Agung Pratama, tetap rendah hati dan tebarkan senyuman seperti disaat mengabdi di Desa Bontorappo sebagai Sopir siaga, Dari Sopir Siaga Menjadi TNI.